Tiupan serulingmu,
berdenting nyaring di indera pendengaranku,
Seolah memanggil jiwa ini,
di kesunyian hati tak terperih
Kutemui kau sang jubah hitam,
di ujung persimpangan malam,
Sebongkah batu tertunduk pilu,
manakala kau berkata,"waktumu sudah tiba...!"
Ilalang sontak cemas,
berpegang teguh di akar rapuh
Pucat menghinggapi wajahnya
Manakala kau berkata,"waktumu belum tiba!"
Kau hampiri diriku,
yang menggigil di tepi takdir,
kau lepaskan jubah kebesaranmu,
menyematkan di dingin badanku
"Telah tiba masamu bertemu kekasih jiwamu,
Usah takut dan meragu,
Telah berakhir segala resah dan gundah di penantian hari-harimu"
Kusambut tanganmu,
yang memelukku hingga bermandi peluh,
Kitapun menari di angkasa,
meninggalkan seonggok tubuh layu,
berselimutkan ilalang tertunduk haru
di tepi batu