Rabu, 28 Maret 2012

CERPEN: HANTU DISEKOLAH

  Namaku Nara, aku sekolah di salah satu SMA swasta di Bandung. Aku kelas 3 SMA, aku adalah siswa yang aktif di OSIS, dan aku memegang jabatan penting di OSIS sebagai Bendahara. Sahabat-sahabatku Rere, Virlie, Ines, Tria, Tina, Anie, dan Marta. Mereka bilang aku sahabat yang baik, pendengar curhat yang baik, dewasa, suka memberi, setia kawan, dan kalau punya cowok pasti aku setia. Aku sangat bersahabat dengan mereka, semenjak kelas 1 SMA kami udah bersahabat dan nggak pernah pisah sampai kapanpun. Itu komitmen kami. OSIS mengadakan acara penyeleksian buat Ketua OSIS yang baru yang biasa kita sebut LDKS. Jadi, aku ngajar adik-adik kelasku. Sahabatku yang masuk di OSIS cuma Ines dan Anie dan yang lain nggak ikutan. Suasana kelas yang bersahabat, asik, nggak ngebosenin, rame, dan bikin betah yang membuat aku nggak mau pergi meninggalkan sekolah, jadi pengen SMA terus. Aku duduk dengan Tria, dibelakangku ada Marta dan Tina, di depanku ada Anie dan Rere, di depannya lagi ada Ines dan Virlie. Kita semua suka bercanda di kelas, kita kompak banget dan nggak pernah musuhan.OSIS mengadakan acara penyeleksian bagi para anak kelas 1 dan 2 yang yang akan menjadi pengurus termasuk ketua OSIS, para penrurus kelas 3 mengadakan rapat saat itu. Termasuk aku salah satunya. Saat rapat, sahabatku Anie, awalnya nggak setuju saat Bagas, Ketua OSIS kami, memutuskan acara LDKS di sekolah, karena denger-denger nih, di sekolah kita ternyata banyak hantunya. Tapi Bagas nggak percaya akan hal itu. Dia tetap bersih keras mau ngadain acara LDKS di sekolah. Ines malah ngasih ide, lebih baik LDKS di gunung. “Justru itu malah lebih banyak hantunya kali, Nes..,!! yang bener aja kamu !!”, kata Anie ketus. Tapi ya emang kenyataannya juga gitu sih, di gunung malah lebih bahaya. Jadi kita bingung mau dimana kita ngadain acara itu. Akhirnya kita diskusiin sama guru-guru juga. Pak Andry, dia guru sekaligus Pembina OSIS. Dia lebih setuju kalau LDKS diadakan di sekolah aja, apalagi udah dapet persetujuan dari Pak Rahman sebagai Kepala Sekolah. Jadi ya udah deh, kita semua akhirnya mutusin untuk ngadain acara LDKS di sekolah. Hummmmm, emang bener-bener hasil rapat yang ngebetein. Kata ku dalam hati.Aku nggak nyangka, ternyata banyak juga siswa-siswa yang antusias mau jadi Ketua OSIS dan Pengurus OSIS. Aku berdiri di belakang barisan antara Anie dan Ines dan juga Ratna salah satu temen aku di kelas. 
Waktu semakin cepat berlalu, Pak Andry udah memberi banyak pengarahan dan nasihat ke semua siswa, Kepala Sekolah dan guru-guru yang lain juga. Acara pembukaan LDKS pun berakhir, kita semua beristirahat. Aku, Anie, Ines, Ratna, Bagas, Hariez, Risky, Uchan, dan Cyntia beserta anak OSIS yang lain rapat di ruang OSIS membuat strategi buat nanti malam. Bagas mengutarakan, nanti malam bakalan ada acara yang namanya “Jurit Malam”. Acara itu acara puncak dimana adik-adik kelas kita bakal diberi tantangan. Tantangannya menurutku sangat menyeramkan, yang bener aja, masa kita-kita sebagai kakak kelas disuruh berada di salah satu tempat yang gelap gitu. Salah satu tempat/pos itu harus ada 2 orang yang nungguin. Kita sebagai kakak kelas OSIS yang professional harus mau. “ Ya mau nggak mau sebenernya, yang bener aja, masa aku harus berada di tempat gelap gitu sih, nanti kalau ada penampakan yang tiba-tiba dateng gimana, hhuuuuuhhhh serrreeeeemmm, nggak mau ahhh!!” kata Anie. Dia emang penakut banget. Bagas sebagai Ketua OSIS dan Risky sebagai Wakil Ketua OSIS, lagi menentukan siapa aja orang-orang yang akan ditempatin di pos 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Semua guru yang ikut, yaitu Pak Andry, Pak Sugeng, Bu Anne, Bu Lince dan Pak Adhy ikutan nemenin jalannya rapat. Beberapa jam telah berakhir, waktu menentukan jam 8 malam, udah saatnya semua adik kelas makam malam. Anie dan Ratna sebagai Seksi Konsumsi menyiapkan makan malam. Semua adik kelas dikumpulin di aula dan mereka makan bersama. Setelah makan malam berakhir, kita semua ngadain rapat lagi, sedangkan yang lain membuat permainan sama adik-adik kelas beserta para guru.Rapat berlangsung lagi, kali ini rapatnya tentang nentuin dimana dan siapa aja kita berpasangan dan membuat suatu rencana untuk tantangan bagi adik kelas kita. Di pos 1, Bagas sama Ines, mereka bertempat di lantai 2, di pos 2, aku dan Vis.Oh my God..nggak mungkin, aku sampe nggak percaya, kenapa aku bisa dipilih sama Bagas ditempat yang itu, di lantai 2 pintu ke 28..itu kan gelap dan serem banget !!. Kataku sambil mengelus dada. Di pos 3, ditempatin sama Chika dan Hariez. Di pos 4, ada Cyntia sama Cory, mereka nempatin ruangan deket pos satpam, pos 5 ada Nindy sama Uchan, mereka di aula. Yang di pos 6, ada Anie sama Risky, di lantai dasar sekolah, dan terakhir ada Dian dan Ratna, mereka nempatin pos terakhir yaitu pos 7, di tengah-tengah lapangan basket sekolah kita. Bagas bilang, “teman-teman, kalian masing-masing pos harus punya tantangan yang nanti bakal dikasih ke adik kelas kita. Mereka satu persatu jalan dari pos 1 sampai pos 7, kalian harus galak, tegas, dan buat mereka takut. Tenang aja, saya udah minta izin sama semua guru, kita boleh melakukan hal itu sama adik kelas kita, asal masih dibatas kewajaran, setuju semuanya??!!!”.Semua menjawab, “ SETUJUUUUUUUUU!!!”.Tapi jujur, sebenernya aku nggak, karena aku nggak bisa galak sama orang. Rapat ditutup, kita semua buat barisan melingkar, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar semua selamat dan nggak terjadi apapun yang kita nggak harapkan. Berdoa selesai, semua berpencar, masing-masing menuju ke pos yang udah disuruh sama Bagas waktu rapat. Termasuk aku, sama Vis menuju pos 2 di lantai 2 pintu 28. “ Vis, gelap banget disini, nggak bisa apa lampunya dinyalain aja?”, kataku sambil ketakutan megang leher karena berinding. “ Ya nggak bisa lah Ra, inget, kita tuh lagi LDKS. Kita mau ngerjain adik-adik kelas kita, masa lampunya mau dinyalain, gimana bisa serem ntar suasananya nggak asik dong..!!”, kata Vis.Gila…suasananya bener-bener sunyi, sepi, gelap, Vis malah ngerokok aja lagi di samping aku, dia nggak tau apa aku lagi ketakutan, eh dia malah bikin kesel karena asap rokoknya itu. Aku nggak tau apa yang dilakukan temen-temen OSIS yang lain. Mereka buat rencana apa untuk adik-adik kelas. Tapi aku dan Vis udah buat rencana yang cukup bagus untuk adik kelas yang ntar ke pos kita. Setelah satu jam setengah kita duduk berdua di depan kelas pintu 28 lantai 2, tiba-tiba ada yang datang, Firman, anak kelas 1. Dia datang dengan bawa satu batang lilin sendirian, awalnya aku takut, aku pikir itu adalah lilin yang melayang sendiri, pas ngedeket, ternyata itu si Firman. “ Sebutin nama, kelas, terus udah gitu push-up 25 kali !!!”, kata Vis. Firman langsung simpen lilinnya di lantai, dia langsung ngelakuin apa yang Vis suruh. Kasian sebenernya disiksa gitu, tapi ya mau gimana lagi, emang harusnya begitu. Setelah Firman selesai push-up, dia berdiri lagi sambil menunggu hal apa yang bakal dia dapetin dari aku dan Vis.“ Sekarang kamu nyanyi lagu Potong Bebek Angsa tapi semua nadanya pake ‘I’ “, kata aku ke Firman. Udah gitu, Firman nyanyi sesuai yang aku suruh.. “piting bibik ingsi, misik di kiwili, nini minti dinsi, dinsi impit kili, siring kikiri, siring kikinin, lilililililili lili…”, Firman nyanyi. “ Sekarang kamu nyanyi lagu itu lagi tapi pake “o”, sambil jalan menuju pos 3, yang keras ya!!!”.Firman jalan menuju pos 3 sambil nyanyi lagu Potong Bebek Angsa tapi pake “o”. Hahahahahahahahhahahaha, aku dan Vis ketawa aja terbahak-bahak ngetawain si Firman, sampe aku sakit perut.Aku nggak tau kira-kira di pos 3 si Firman bakal diapain sama Hariez dan Chika. Sambil nunggu adik kelas yang lain datang lagi ke pos aku dan Vis, aku mainan hp aja, aku smsan sama Rere, Virlie, dan Tria, aku kabari mereka semua dan certain apa aja yang udah terjadi pas LDKS. Tiba-tiba, aku merasa merinding banget, seluruh bulu kudukku berdiri, aku bingung apa yang udah terjadi. Aku lihat ke sekitar, semua tetep sepi, gelap, dan aku lihat Vis disampingku, dia malah asik aja ngerokok. Pintu 28 letaknya deket banget sama kamar mandi. Aku nggak mau ngelihat ke arah kamar mandi itu, bener-bener nggak mau ngelihat. Kenapa aku nggak mau lihat, karena aku tau apa yang ada disana. Aku lihat sesuatu disana walaupun jauh dan samar-samar. Tapi aku makin penasaran pengen lihat, padahal hatiku berkata jangan. Tapi rasa penasaran selalu bertanya-tanya. Ku beranikan diri melihat kearah sana. “Astaghfirullah!!”, kataku keras-keras. Apa yang telah aku lihat tadi, aku lihat sosok perempuan bermuka rata, berambut panjang, dan berbusana putih, masuk ke kamar mandi cewek. Aku langsung terkejut, aku meluk Vis tanpa disengaja. “Gila! Ra, kenapa sih lo? Kok tiba-tiba meluk gue, kenapa lo Ra? Lagi horny ya? Haha!!”, kata Vis sambil ngisep asap rokoknya. “Enak aja, siapa yang horny? Aku lihat hantu tau!!”, kataku sambil ngedorong Vis dan ngehindar dari dia. “ Hahh!!, yang bener aja, masa ada hantu di sekolah, salah lihat kali lo!”, kata Vis nggak percaya. Huft, aku bener-bener nggak habis pikir kenapa hal itu bisa terjadi. Aku nggak nyangka aku bisa lihat yang kayak gitu. Serem banget wujudnya, aku nggak mau lagi ikutan yang kayak gini, aku nyesel banget udah ikutan acara kayak gini. Setelah beberapa jam kemudian, sekitar jam 3 pagi, udah sekitar 35 orang adik kelas datang ke pos aku dan Vis. Aku capek, lelah, letih, aku pengen banget tiduran dan istirahat. Vis malah tidur aja, aku mutusin untuk pergi ke pos 5, posnya Nindy dan Uchan. Karena si Vis ngebosenin banget, aku jalan sendiri menuju ruang depan aula, karena pos 5 ada di depan aula. Aku nggak tau kenapa, pas aku jalan, kayak ada yang ngikutin. Aku lihat dibelakangku, nggak ada siapapun yang ngikutin, tapi setelah aku terusin jalan lagi, kayak ada yang ngikutin lagi. Terus dan terus dibelakangku ngikutin aku, pas aku lihat ke belakang tarnyata… ”POCONG!!!!!!” ada pocong di belakang aku, deket banget, bentuknya tinggi besar, mukanya serem banget. Aku langsung lari tergesa-gesa, aku ngedeketin Nindy dan aku peluk dia. “ Buset, Ndy, kamu pasti nggak akan percaya apa yang aku ceritain, aku lihat pocong tadi!!”, kata aku ke Nindy. Sama aja ternyata, Nindy nggak percaya sama yang udah aku bilang barusan, sama aja kayak Vis, Uchan juga nggak percaya. Aku bête, kenapa sih semua nggak ada yang percaya aku, kenapa di sekolah ini banyak hantunya. Karena aku ngerasa takut dan ngerasa di pos 5 nggak aman, mending aku ke ruang guru aja. Setelah beberapa lama aku istirahat dan menenangkan diri di ruang guru, aku jadi ngerasa pengen kencing. Akhirnya dengan terpaksa aku kencing, aku ke kamar mandi ditemenin sama Bu Lince karena aku takut ngelihat hantu lagi. Pas aku udah selesai kencing, aku beranjak menuju ruang guru lagi, aku nggak mau lagi ke pos 2, biar aja Vis disana sendiri, aku nggak mau lagi kesana. Aku jalan bersama dengan Bu Lince, tapi, Bu Lince ganti baju. Aku bingung kapan Bu Lince ganti bajunya. Pas aku tanya, “Bu, ko Ibu ganti baju, tadi kan pake baju warna biru muda, kenapa sekarang pake baju putih? Ganti bajunya kapan Bu?”, tanyaku dengan nada sangat penasaran.Nggak aku bayangkan, ternyata itu bukan Bu Lince, dia nengok ke arahku, ternyata itu adalah gadis muka rata yang aku lihat di depan kamar mandi cewek waktu aku bersama dengan Vis tadi. “Haahhhhhh!!! Ko bisa!!!”.. aku lari dengan tergesa-gesa menuju ruang guru, aku lihat disana ada Bu Lince, dia sedang duduk sambil minum teh hangat, dia menggunakan baju warna biru muda dan tersenyum padaku. Aku yakin, itu Bu lince yang asli, lalu yang daritadi mengantarku ke kamar mandi siapa? Apa benar daritadi aku ditemani ke kamar mandi bersama dengan hantu? “Oh my Good !!”, bener-bener hal yang nggak mau terulang lagi dalam hidupku, aku kapok banget ikutan LDKS kayak gini