"Ayo, netek sama mama nak.... Biar anak mama cepat besar," Desi menimang-nimang bayi yang ada di tangannnya sembari menyusuinya.
"Nanti kalau sudah besar, mama ingin Zulfi jadi anak yang pintar, sukses, dan kuat biar bisa melindungi mama dari orang-orang yang ada di sana," Desi memandang orang-orang yang lalu lalang di hadapannya. Desi merasa setiap dari mereka menatap dirinya dan bayinya dengan raut wajah yang aneh.
"Apa kalian lihat-lihat?!! Mau menculik bayi saya ya?!! Pergi sana!!!" bentak Desi dengan suara yang keras kepada segerombolan bocah yang memandanginya, menunjuk-nunjuk, serta menertawakannya. Namun, terlihat pula ekspresi jijik dan ketakutan dari sekumpulan bocah itu. Desi tidak pernah mengerti mengapa mereka bersikap seperti itu kepadanya dan bayinya.
Tiba-tiba Desi merasa sangat ketakutan. Dia terlihat begitu gemetaran. Saking gemetarnya,hampir saja ia melepaskan bayi di pelukannya. Semua orang seakan menatapnya dengan pandangan tajam. Desi merasa bahwa dirinya telah melakukan suatu kesalahan fatal.
Desi pun berlari mencari perlindungan. Ditemukannya sebuah pohon beringin besar di tengah taman kota itu. Desi kemudian menuju ke sana dan bersembunyi di balik pohon itu.
"Sekarang kita aman, nak. Jangan bersuara ya, nanti mereka datang ke sini dan menemukan kita!" bisik Desi kepada bayi mungilnya.
"Anakku sayang, jangan menangis..... Janganlah kamu takut...... Mama di sini selalu menjagamu.....," Desi melantunkan sebuah lagu tidur untuk bayinya.
"Mama tidak akan meninggalkanmu..... Mama akan selalu di sampingmu, seperti mama yang ingin kamu selalu di samping mama...... Tidak ada yang bisa memisahkan kita............................... Meskipun Tuhan yang menghendakinya," Desi meneruskan lantunan lagunya dan perlahan mulai meneteskan air matanya.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Matahari telah terbenam. Suara malam dan lolongan serigala kini menghiasi malam purnama itu. Desi yang dari tadi terus melantunkan lagu, kini memandangi wajah bayi dalam pelukannya itu. Sinar bulan menerangi wajah sang bayi, dan perlahan wajah sang bayi mulai terlihat jelas.
Desi kemudian mengambil seikat tali yang telah dipersiapkannya sejak 2 hari yanglalu. Diikatkannya tali itu pada cabang beringin yang kuat dan kokoh. Lalu ia memanjat pohon beringin itu bersama bayi yang digendongnya. Ia pun kembali melantunkan lagu kepada sang bayi untuk terakhir kalinya.
"Anakku sayang, jangan menangis..... Janganlah kamu takut...... Mama di sini selalu menjagamu.... Mama tidak akan meninggalkanmu..... Mama akan selalu di sampingmu, seperti mama yang ingin kamu selalu di samping mama.....," Desi menghentikan lantunan lagunya sejenak. Ia mulai melilitkan tali di lehernya.
" Tidak ada yang bisa memisahkan kita............ Meskipun Tuhan yang menghendakinya......................................... Mama akan menjemputmu, Anakku sayang," Desi meloncat dari pohon sehingga tubuhnya pun bergelantungan di tali... Ke kanan...Ke kiri.... Dengan lidah menjulur keluar.... Sang bayi mungil terlempar ketanah...
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Sinar bulan purnama kembali menerangi kedua sosok itu, sang ibu yang tewas gantung diri serta bayi mungil berusia 1 bulan yang 2 hari sebelumnya telah dikabarkan tewas dengan wajah yang mengerikan, kehilangan satu mata, tercabik-cabik dibagian pipi serta dahi, dan otak yang tercecer, setelah sang ibu tidak sengaja meninggalkannya di pekarangan rumah bersama sekumpulan ayam yang mematuk apa saja karena sedang kelaparan.
"Kaak.....kaaak..... kaak...," terdengar jeritan sekumpulan gagak hitam yang sedang beterbangan di sekitar pohon beringin tengah taman kota seakan menertawakan kebodohan yang terjadi di malam dingin itu.
by: Arnold Budhi Prasetyo